Sunday, December 20, 2015

Memasuki Zaman (Generasi) Edan

Jaman sudah semakin berkembang. Gue menyadari itu. Sebenarnya gue sudah sadar sejak lama, apalagi ketika melihat anak-anak SD sudah menggunakan Ipad dan berbagai macam tablet lainnya.Berbeda dengan gue dulu waktu SD, memegang handphone mainan dengan stiker barbie di depannya saja sudah luar biasa senang. Hm, gila ya, gue baru sadar ternyata gue secupu itu dulu.

Gue baru benar-benar menyadari bahwa jaman sudah berkembang ketika gue berbincang dengan sepupu (Michael) dan adek gue (Darren) di suatu siang. Omong-omong, mereka adalah bocah SD yang sudah mempunyai akun instagram, facebook, BBM, dan email. Lo belom punya semua itu? Maafkan gue, tapi lo harus malu karna kalah eksis sama dua bocah SD ini.

Dan omong-omong lagi, di instagram adek gue, sudah ada temannya yang berkomentar, 

"First!" 

Lalu temannya yang lain membalas, "ciyee first like."

Sudah kekinian sekali, bukan?

Mari kita kembali ke topik.

Waktu itu ada sebuah lagu yang diputar di radio mobil. Lagunya enak, tapi gue lupa judulnya apa. Gue bertanya kepada Vivi--adik perempuan gue yang duduk di bangku kelas 3 SMP. "Ini judulnya apa, ya?"

"Flashlight, Jessie J."

Gue melotot. Bola mata gue hampir keluar, tapi gue tahan. Nggak, gue melotot bukan gara-gara adek gue menyebutkan judul yang salah. Tapi, pertanyaan gue itu tadi dijawab oleh Michael--sepupu gue yang duduk di bangku kelas 2 SD.

"Lagu gitu aja kok nggak tau sih.." kata Darren, adek gue yang duduk di bangu kelas 6 SD.

Astaga. Gue diejek sama anak SD karena nggak tau judul lagu yang seharusnya gue, sebagai anak remaja tau. Pada saat itu, gue nggak tau mau taruh muka gue dimana. Rasanya pengen pinjem tempurungnya kura-kura buat berlindung.

Lalu, tidak berapa lama, gue mendengar Michael bernyanyi. 

"Baby I'm worth it..."

Aduh. Tau apa sih kamu, nak, tentang 'worth it'? Kamu nggak tau kan kalau di luar sana banyak gadis-gadis remaja yang rela melakukan apa saja demi mempertahankan cinta monyetnya, karna ia merasa semua perjuangan yang ia lakukan itu 'worth it'? Kamu tidak tau kann, nakk, seberapa berpengaruh dua kata itu??

Gila. Kenapa gue jadi curcol. Dasar, anak ABG.

Lalu kemudian, dia menyanyikan lagu lain. "If I got locked away.."

Gue kira dia akan berhenti disitu. Karena jujur aja, gue nggak hafal lirik setelah kata if-i-got-locked-away. Namun ia tetap bernyanyi, bahkan tanpa kesulitan. "And we lost it all today. Will you still love me the same?"
Ini lagi. Tau apa sih nak kamu tentang cinta??? Will you still love me the same? Tau apa sih kamu tentang seberapa bullshitnya kata itu, HAHH?

Fix gue lebay.

Gue inget waktu gue dulu SD, ada satu lagu sinetron yang suka gue nyanyiin. Judulnya Cinderella. Yang nyanyi Radja, kalo nggak salah. Sisanya, yang gue hafal adalah lagu anak-anak pada umumnya, bukan lagu cinta-cintaan yang Michael, sepupu gue dengerin. Gue bangga, sih. Walaupun tetep ujung-ujungnya gue bertumbuh menjadi gadis yang merasakan cinta monyet juga.

Semakin kesini, gue dapet satu hal. Sebenarnya, bukan zamannya yang 'gila'. Tapi, generasinya. Jadi, semua balik lagi ke diri kita masing-masing. Sebagai generasi penerus bangsa, bisa nggak, milah-milah mana yang baik, dan mana yang enggak? Mana yang positif, mana yang negatif?

Yuk mari direnungkan bersama. :)

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home